Generasi Literat berkolaborasi dengan Mulia Raya Foundation dan didukung oleh UNDP, menggelar program Akademi Milenial Basmi Hoax (MBH). Akademi ini diikuti oleh 170 milenial dari 34 Provinsi yang bertujuan mencetak agen-agen pembasmi hoaks melalui kearifan lokal. Salah satu rangkaian kegiatan akademi ini adalah workshop untuk membekali teman-teman milenial dengan pengetahuan yang relevan untuk membasmi hoaks. Workshop ini digelar dalam dua gelombang yang dimana setiap gelombangnya dihadiri oleh 85 teman-teman milenial. Pada tanggal 16-18 Juli 2021, 85 teman-teman milenial dari seluruh Indonesia mengikuti workshop Akademi MBH gelombang kedua. Workshop ini membawakan materi-materi yang relevan untuk membasmi berita hoaks. Materi-materi yang diberikan sebagai berikut: literasi agama dan budaya, penguatan common ground untuk perdamaian, literasi digital untuk counter hoax, dan team building serta manajemen tim. Teman-teman milenial juga diberikan materi hardskill seperti menulis human interest story dan storytelling untuk perdamaian. Setiap materi diisi oleh mentor-mentor yang ahli di bidangnya.Pada hari pertama, teman-teman milenial disuguhkan oleh materi literasi agama dan budaya serta penguatan common ground untuk perdamaian. Literasi agama dan budaya dibawakan oleh Samsul Ma’arif, Kepala Program Pasca-Sarjana (MA) Pusat Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS) UGM. Sedangkan, penguatan common ground untuk perdamaian dibawakan oleh Sylvana Maria Apituley yang merupakan Wakil Presiden Dewan Gereja Reformasi se-Dunia. Teman-teman milenial mengikuti materinya dengan antusias. Mereka aktif menyimak dan turut merespon materi yang telah diberikan pemateri. Selain itu, materi yang didapatkan ini didiskusikan melalui studi kasus yang dilakukan secara berkelompok, sehingga menguatkan pemahaman teman-teman milenial. Mereka juga sangat kritis dalam memberikan pendapatnya tentang studi kasus yang diberikan. Pada hari kedua, teman-teman milenial mendapatkan materi soal literasi digital untuk counter hoax, berpikir kritis, serta team building dan manajemen tim. Matahari Timoer dari ICT Watch mengisi materi literasi digital. Eko Prasetyo, penulis sekaligus pendiri Social Movement Institute memberikan perspektifnya tentang berpikir kritis di era sekarang. Di sesi terakhir, Milastri Muzakkar, founder Generasi Literat, penulis buku, dan aktivis kemanusiaan memberikan pemahaman akan pentingnya membangun tim yang solid. Pada hari kedua ini, teman-teman milenial tetap semangat mengikuti materinya meski dilaksanakan di hari Sabtu. Teman-teman milenial aktif menyimak dan merespon materi dari pembicara. Selain itu, mereka juga kritis dalam bertanya dan dinamis dalam melakukan diskusi kelompok. Memasuki hari terakhir, teman-teman milenial diberikan materi hardskill, yaitu storytelling untuk perdamaian dan menulis human interest story. Bedanya dari hari sebelumnya, di hari ketiga ini, teman-teman milenial lebih banyak melakukan praktek. Pada materi menulis human interest story, founder Generasi Literat, Milastri Muzakkar, memaparkan tentang pentingnya kita menulis dan bagaimana manfaat yang diberikan menulis untuk diri sendiri dan masyarakat. Setelah diberikan materi, teman-teman milenial diajak untuk membuat tulisan singkat dalam waktu lima menit. Selain itu, teman-teman milenial juga membuat mind-mapping. Selanjutnya, komika perempuan Muslim pertama di Indonesia, Sakdiyah Ma’ruf, memberikan materi storytelling untuk perdamaian. Dia memberikan perspektif bagaimana komedi atau humor bisa menjadi cara menyuarakan narasi-narasi perdamaian dalam membasmi hoaks. Pada sesi storytelling, teman-teman milenial berlatih menceritakan komedi setelah diberikan teori dasarnya. Materi-materi workshop ini menjadi bekal yang penting bagi teman-teman milenial untuk bisa ikut andil dalam membasmi hoaks. Materi ini juga bisa menjadi penguat agar mereka lebih siap melakukan perannya. Peran mereka sangat penting untuk menekan penyebaran hoaks dan menciptakan arus informasi yang sehat dan akurat kepada masyarakat Indonesia.