Memaknai Hari Pendidikan dengan Mendidik Diri dan Jari

Hari ini tanggal 02 Mei bangsa Indonesia sedang memperingati  hari pendidikan nasional. Dalam upacara terbatas tadi pagi, Menteri Pendidikan Nadiem Makariem menyampaikan beberapa hal di antaranya bahwa, pendidikan bukan hanya berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di lingkungan formal seperti sekolah dan universitas, apalagi di masa-masa pandemic seperti saat ini, pelaksanaan proses tersebut sangat tidak relevan dilakukan. Hampir satu bulan lebih, para pelajar diliburkan dan diarahkan untuk belajar di rumah. Proses demi proses dilakukan untuk menyesuaikan pembelajaran. Segala lini social media dimanfaatkan secara penuh untuk menunjang belajar dan pembelajaran secara online.

Ilustrasi oleh Ulwan S.Z.

Ibarat pisau bermata dua, masifnya penggunaan internet dan media sosial pada masa Work/School From Home (W/SFH) memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, jika sebelumnya anjuran untuk pembatasan bersosial media dapat dilakukan, saat ini malah tak bisa dibendung. Berdasarkan data dari KOMINFO pada laman tirto.id pada tanggal 02, April dikatakan bahwa peningkatan penggunaan internet di Indonesia selama WFH mencapai 5-10% dan disebutkan akan terus meningkat.

Sejalan dengan itu KOMINFO (18/04) juga melaporkan peningkatan jumlah kasus hoax selama masa pandemic setidaknya mencapai 500 kasus terkait virus Covid-19. Dari jumlah tersebut, sebanyak 83 orang telah ditetapkan sebagai tersangka dan 14 orang di antaranya telah ditahan, karena memproduksi dan menyebarkan hoax.

Dari data tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa proses pendidikan kita yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat tidak berjalan dengan baik. Hal ini berkaitan dengan perilaku dan jari kita yang ternyata belum sepenuhnya bisa kita arahkan, sehingga munculah beberapa oknum yang memanfaatkan momentum-momentum krisis menjadi lahan menebar hoax dan virus kebencian.

Sejatinya pendidikan dapat dimaknai sebagai proses alamiah seorang individu yang menginginkan sesuatu yang lebih baik, yang membuatnya ingin bergerak maju untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Tentu saja hal dalam mencapai itu ada tolok ukur yang digunakan untuk menghindari bias diri, salah satunya dengan menggunakan pedoman dan norma-norma yang berlaku. Lalu kiranya apa tujuan baik dari oknum penebar hoax dan ujaran kebencian? dengan meminjam jargon warganet, perilaku inilah yang disebut sebagai “gak ada ahlak”.

Sebab tak main-main, hoax dan ujaran kebencian selama masa pandemic ini amat cepat memicu perpecahan di tengah masyarakat. Di satu sisi masyarakat belum mendapatkan sosialisasi yang baik terkait Covid-19, ditambah lagi dengan konten-konten tak bertanggung jawab yang bebas datang dari lini masa kita, sama saja dengan menyulut api di tengah-tengah tumpahan minyak tanah. Kasus-kasus keresahan masyarakat yang kemudian berbuntut demo juga mulai bermunculan di mana-mana. Lain lagi kasus perdebatan soal larangan beribadah di tempat-tempat ibadah—masjid, merupakan salah satu konten paling banyak diproduksi sebagai ujaran kebencian yang berbuntut panjang.

Selain itu, pada masa awal-awal pandemic berbagai artikel juga video menjadi perdebatan panjang di media sosial, mulai dari konten ‘hamil di kolam berenang’ hingga membahas bagaimana penanganan yang salah dalam pencegahan pandemik,  sungguh menyesatkan masyarakat. Lucunya hal-hal ini juga datang dari orang-orang yang dijadikan public figure atau bahkan akademisi sekalipun. Hal ini membuktikan bahwa siapapun bisa jadi pembuat, termakan atau pembagi hoax.

Sehingga, di tengah merosotnya ‘moralitas’ bangsa, isu-isu hoax dan ujaran kebencian mesti dicegah dan diatasi segera mungkin, dengan mulai lebih banyak mendidik diri dan jari sendiri, serta menahan hawa nafsu dari padanya. Sebab hari pendidikan nasional tidak semata-mata dimaksudkan untuk sekedar mengenang hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara selaku bapak pendidikan nasional, namun lebih kepada momentum dalam menghadapi tantangan baru pendidikan yang tidak lagi mengenal batas dan waktu untuk mencapai tujuan ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’.  Salam Damai. Selamat Hari Pendidikan Nasional!

Hardiknas
Comments (0)
Add Comment