Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki keragaman budaya. Dengan latar belakang kesukuan, agama, maupun ras yang berbeda-beda, terdapat 1.128 lebih suku bangsa yang bermukim dari Sabang sampai Merauke. Kemajemukan negara Indonesia juga terlihat dari beragamnya agama yang dianut, dimana sudah ada enam agama yang dianut oleh setiap warga negara. Tentu saja masing-masing agama tersebut memiliki banyak sekali perbedaan, namun tujuannya tetap sama yaitu beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk itu, untuk tetap saling menghargai dan menghormati dengan latar belakang semua perbedaan tentunya dengan sikap toleransi perlu diterapkan disegala perbedaan, karena pada hakikatnya semua agama maupun kepercayaan mengajarkan kebaikan kepada setiap umatnya. Realitas didalam masyarakat, sering sekali terjadi konflik yang berawal dari perkataan yang kecil. Namun hal kecil ini bisa menjadi masalah besar bahkan perpecahan, padahal faktanya merendahkan agama lain sangat tidak ada manfaatnya.
Kurangnya sikap toleransi menjadi penyebab utama rusaknya kerukunan antar sesama sehingga beragam tindakan-tindakan negatif muncul, mulai dari penyebaran pesan intoleran, isu yang berbau rasisme, hingga ujaran kebencian kian berkembang pesat di sekitaran masyarakat. Akibatnya berbagai konflik internal muncul dan hal tersebut memicu terjadinya pergesekan antara kelompok mayoritas kepada minoritas. Sikap merasa paling benar dan main hakim sendiri lambat laun berujung pada tindakan kekerasan. Sehingga kelompok minoritas akan diperlakukan diskriminasi.
Sikap dan praktek toleransi dalam kehidupan sehari-hari di tengah pandemi covid-19 sangat penting di lakukan demi menjaga keharmonisan dalam hidup bersosial. Hal ini seperti yang penulis baca didalam sebuah portal https://www.suarantb.com dimana terjalinnya toleransi beragama antara umat Islam, Buddha dan Hindu di Kabupaten Lombok Utara (KLU). Umat Buddha membagikan sebanyak 1.500 lembar masker kepada jamaah Muslim di 4 masjid di Kecamatan Pemenang saat menjalankan ibadah Salat Idul Adha 1442 Hijriyah.
Tidak hanya itu, sikap dan praktek toleransi dalam kehidupan sehari-hari di tengah pandemi covid-19 juga terlihat dalam indahnya kebersamaan dalam kerukunan umat beragama di Lombok Timur. Dalam sebuah portal berita https://rri.co.id, ukhuwah islamiyah dan toleransi beragama diwujudkan tokoh lintas agama dengan membagikan masker kepada jamaah yang merayakan Sholat Idul Adha 1442 Hijriyah di Masjid Agung Al-Mujahidin Selong Lombok Timur sebagai bentuk solidaritas dan dukungan moral di tengah Pandemi Covid 19 dan penerapan PPKM.
Sebenarnya apa sih makna toleransi di tengah keberagaman ini?
Toleransi berarti menyadari sebuah keberagaman yang tidak bisa ditolak karena termasuk kehendak Allah SWT (Fitrah). Sehingga dengan menerima keberagaman maka bisa saling menghormati, menghargai, dan melindungi. Dalam beragama perlunya nalar dan kemauan untuk belajar termasuk kemampuan mengenali diri kita sendiri dan lingkungan sekitar yang berbeda maupun yang sama agamanya. Hal inilah yang menjadi pendorong kita bisa melihat sudut pandang yang berbeda sehingga dapat berempati kepada orang lain. Toleransi intinya merupakan suatu sikap menghormati pendapat, sikap, dan ajakan pihak lain walaupun kita sendiri tidak setuju. Sikap menghargai dan menghormati bukan berarti sikap menyetujui dan mengorbankan prinsip, namun merupakan sikap untuk mencapai hubungan yang harmonis.
Sebagai umat muslim yang cinta damai, salah satu sikap dasar yang harus ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sikap saling menghormati dan menghargai kepada sesama. Karena sejatinya islam mengajak kepada umatnya untuk selalu menjalin kehidupan yang harmonis kepada manusia lain dan islam juga sangat menjunjung tinggi keadilan tanpa memandang apapun latar belakangnya.
Mencegah perpecahan akibat perbedaan adalah tugas kita semua sebagai warga negara Indonesia demi menjaga keutuhan bangsa. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menerapkan sikap toleransi didalam kehidupan sehari-hari sedari din dengan melakukan hal-hal sederhana seperti membimbing anak-anak atau adik-adik kita untuk menghormati pendapat orang lain, hingga mengajarkan mereka untuk tidak mendeskriminasi suku, agama, dan ras dalam pergaulan adalah sebagian dari contoh toleransi.
Akhir kata penulis mengucapkan, dalam suasana pandemi seperti sekarang ini faktor terpenting yang harus diupayakan adalah membangun kebersamaan dan berupaya bisa menumbuhkan sikap empati kepada sesama sehingga terciptanya suatu kedamaian dalam bermansyarakat. Marilah kita jadikan perbedaan dan keberagaman ini menjadi suatu hal yang sangat indah sehingga tercipta keharmonisan dalam keberagaman.
PENULIS : SANTI AFRIANA
ILUSTRASI : ADE