Mataram (21/09)— Peringatan hari perdamaian internasional dimeriahkan dutadamai seluruh regional. Duta Damai NTB menggelar dialog lintas iman dengan tema World Peace Day: Solidaritas untuk Indonesia Damai.
Kondisi pandemi covid-19 tak menyurutkan niat Duta Damai Nusa Tenggara Barat untuk ikut berpartisipasi menebar kedamaian baik di jagat maya maupun di lingkungan sekitar. Setidaknya sekitar 60 orang peserta yang terintegrasi secara online dan offline yang hadir tentunya dengan pembatasan jumlah orang dalam kerumunan serta patuh pada protokol keamanan.
Acara yang digelar pada Selasa(21/09) menghadirkan setidaknya empat tokoh lintas Agama baik dari kalangan muda maupun senior. Diantaranya, Pendeta J. Gunawan Handojo, Gembala Sidang GBI Mataram ROCK Ministry. Ridwan Rustandi, Koordinator Regional Duta Damai Jawa Barat, serta I Gusti Ayu Ira Apryanthi, PC KMHDI Mataram, yang kemudian dimoderator oleh Koordinator Regional Duta Damai NTB periode 2018, yakni Febrian Putra.
Acara dibuka dengan menampilkan kelompok music dari komunitas Kampoeng Baca Pelangi yang kemudian disusul dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi dari masing-masing pemateri. Meski dengan keterbatasan tempat fasilitas peserta tampak antusias dalam menyimak.
Materi berisi seputar cara menjaga Nusa Tenggara Barat sebagai miniatur dari Indonesia dengan keberagamannya. Para pemateri bersepakat bahwa harus melanggengkan praktik toleransi dan moderasi dalam beragam serta meningkatkan bounding dengan cara-cara yang ringan dan menyenangkan.
“Bisa dimulai dengan Rumpi dan Rujakan” ucap Ira Apryanthi yang mewakili Komunitas Mahasiswa Hindu Dharma saat menyampaikan materinya.
Selanjutnya pendeta Gunawan Handojo mengajak untuk tidak baperan dalam beragam serta hendaknya menyampaikan dan mengolah informasi dengan kasih. Sejalan dengan itu, Ridwan Rustandi selaku Koordinator Duta Damai Jawa Barat yang juga merupakan seorang dosen mengungkapkan bahwa dalam agama Islam sendiri memiliki teladan dalam masa kekhalifahan untuk berbuat baik dan mentoleransi dalam hal-hal kepentingan publik kepada siapapun terlepas dari agama dan latar belakangnya. Ia menegaskan tak ada batasan dalam bertoleransi selain masalah syariat yang harus dipegang teguh.
Pada penutup dialog seorang peserta Bernama Ade Sopyan Hadi menuliskan bahwa sangat penting mengadakan kegiatan secara lintas agama pada kolom komentar Zoom. Acara ini kemudian ditutup dengan penampilan seniman Lukis pasir Ciku Ghea. (Ros)