Penting untuk diketahui bahwa Corona virus disease (Covid-19) tidak hanya berdampak negatif bagi makhluk hidup, ternyata ada positifnya juga. Lah kok bisa? Bukannya virus ini bencana non-alam? Apa dampak positifnya buat kita? Kalo emang ada, trus gimana cara menyikapinya? Tenang, pertanyaan-pertanyaan tadi ada jawabannya kok.
Ajeng Arum Sari, peneliti di Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan kondisi udara atau nitrogen dioksida di beberapa negara, termasuk Indonesia mengalami perbaikan selama pandemi melanda. Selain itu, badan pengawas kualitas udara Paris memaparkan tingkat penurunan polusi udara mencapai 30 persen. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya tingkat lalu lintas, terutama di kota-kota besar.
Aktivitas industri dan asap kendaraan ternyata pemicu buruknya iklim, yang tadinya masih alami jadi makin tercemar. Di balik musibah ini, manusia patut bersyukur karena bisa terhindar dari penyakit akibat kualitas udara yang buruk ke berbagai wilayah, baik tempat tinggal, sekolah, tempat kerja, dan lain sebagainya. Wah ini sih namanya bahaya plus menguntungkan!
Apalagi ketika pemerintah pusat merilis peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk wilayah Jakarta, yang dimulai pada 10 April 2020 menyisipkan keberkahan. Meskipun warga Ibu Kota tidak bisa bekerja seperti biasa, kebijakan ini memberi keamanan dari segi kesehatan internal (diri) dan eksternal (lingkungan), tentunya dengan perhatian tetap pemerintah pada kebutuhan warga yang kurang mampu.
Kebutuhan yang dimaksud adalah Bantuan Langsung Tunai sebesar 600 ribu rupiah per keluarga. Bantuan ini merupakan salah satu manifestasi dari upaya memutus rantai penularan virus. Wajar aja sih, soalnya udah 3,241 orang kehilangan nyawa (data per 7 Juli 2020) di tanah air akibat bencana ini. Saat kasus kian meningkat, di situlah tingkat kebersihan udara menjulang tinggi.
Ketika keresahan terjadi di berbagaai tempat, ketika itu pula alam mulai memperbaiki diri. Salah satu sektor yang terdampak oleh covid-19 inji sektor ekonomi. Penyebabnya, karena aktivitas manusia di luar rumah berkurang secara signifikan. Banyak perusahan swasta maupun milik pemerintah sempat ditutup di tengah mencuatnya berita pasien positif yang diumumkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Dari dampak negatif tadi, enggak ada salahnya buat ngelirik sisi positifnya. Maraknya anjuran untuk belajar online dan ibadah di rumah aja, bisa menjadi momentum mengembangkan ide dan kreatifitas yang tertunda karena mobilitas yang tinggi sebelum pandemi. Selain itu, selama stay at home kita dpat belajar hal-hal baru juga guys. Bercocok tanam bisa menjadi salah satu opsi kegiatan di rumah, terasa lebih damai, kan?
Intinya, yang paling urgen nih ya, kita jadi punya waktu buat merenung atas segala perbuatan buruk yang memunculkan kerugian bagi diri sendiri, makhluk lain, dan lingkungan tempat kaki kita berpijak. Saling menyalahkan bukan solusinya. Kuy coba bijak, pandang sisi positif dari segala sesuatu yang terjadi. Semoga masalah ini bisa menciptakan perubahan indah demi kedamaian di masa depan. Sehat selalu. Amin.