free page hit counter

Hari Toleransi Internasional diperingati masyarakat seluruh dunia setiap tahun pada tanggal 16 November. Tepat hari ini, Sabtu (16/11).

Hari Toleransi Internasional pertama kali dideklarasikan oleh (United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang prinsip-prinsip toleransi.

Selain itu, peringatan ini juga untuk menghormati budaya, tradisi-tradisi, kepercayaan-kepercayaan dan memahami beragam risiko yang disebabkan oleh intoleransi.

Lalu, bagaimana caranya melawan intoleransi?

Melansir dari laman Tolerance Day United Nations, ada lima hal yang harus diperhatikan dalam melawan intoleransi sebagai berikut:

Pertama, melawan intoleransi membutuhkan hukum. Setiap pemerintahan bertanggung jawab untuk menegakkan hukum-hukum hak asasi manusia, untuk melarang atau menghukum kejahatan-kejahatan dan diskriminasi terhadap minoritas, baik yang dilakukan oleh pejabat negara, organisasi privat ataupun individu. Negara harus memastikan kesamaan akses pada pengadilan, komisioner hak asasi manusia maupun Ombudsman sehingga orang-orang tidak main hakim sendiri atau menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan permasalahan atau perselisihan yang dihadapi.

Kedua, melawan intoleransi membutuhkan pendidikan. Hukum dibutuhkan, tetapi belum cukup untuk melawan toleransi pada sikap individu. Umumnya, intoleransi berakar pada keacuhan dan ketakutan, baik karena budaya lain, negara lain, ataupun agama lain. Selain itu, intoleransi juga berhubungan erat dengan rasa harga diri yang berlebihan, baik secara personal, nasional, atau agama. Hal-hal seperti ini tumbuh dan dipelajari pada usia muda. Untuk itu, dibutuhkan pendidikan tentang toleransi dan hak asasi manusia sedari anak-anak. Pendidikan ini tidak hanya perlu dilakukan di bangku sekolah, tetapi juga di kehidupan sehari-hari.

Ketiga, melawan intoleransi membutuhkan akses informasi. Intoleransi sangat berbahaya ketika dieksploitasi untuk tujuan politik tertentu, baik oleh individu maupun kelompok. Untuk membatasi kemungkinan tersebut, perlu dikembangkan kebijakan yang menghasilkan dan mempromosikan kebebasan pers agar publik dapat membedakan antara fakta dan opini.

Keempat, melawan intoleransi membutuhkan kesadaran individu. Intoleransi yang terjadi di masyarakat merupakan gabungan dari intoleransi yang terjadi di individunya. Kefanatikan, stereotype, stigma, penghinaan maupun candaan rasis adalah contoh dari ekspresi individu terkait intoleransi sehari-hari. Untuk melawan dan mengurangi hal tersebut, setiap individu harus sadar dengan hubungan antara perilaku yang dilakukan dengan lingkaran setan dari ketidakpercayaan dan kekerasan dalam masyarakat.

Kelima, melawan intoleransi membutuhkan solusi lokal. Solusi-solusi atas masalah-masalah global dapat pula berupa solusi lokal, bahkan individual. Jika menghadapi kasus intoleransi, seseorang tidak perlu menunggu aksi dari pemerintah ataupun institusi. Sebab, masing-masing individu adalah bagian dari solusi tersebut. Aksi-aksi yang dapat dilakukan untuk melawan intoleransi harus tidak melibatkan kekerasan, misalnya adalah untuk mengatur jaringan akar rumput, untuk mendemonstrasikan solidaritas dari korban intoleransi, untuk mendiskreditkan propaganda kebencian.

Nah, sekarang sudah tau kan! caranya. Semoga hal-hal tersebut dapat kita lakukan untuk menyudahi intoleransi, kebencian, dan kekerasan. Selamat Hari Toleransi Internasional!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *