Mataram (21/09)- World Peace Day : Solidaritas Untuk Indonesia Damai merupakan tema yang diangkat oleh Duta Damai NTB dalam momentum peringatan hari perdamaian internasional yang jatuh pada tanggal 21 September 2021. Acara yang diadakan secara daring melalui aplikasi Zoom dan luring ini diikuti oleh berbagai komunitas yang ada di Kota Mataram.
Acara offline berlangsung di sekretariat Duta Damai NTB Jl. Pemuda No 69 Mataram dengan mematuhi protokol Covid-19 Seperti pengecekan suhu tubuh pada saat masuk k lokasi acara, membersihkan tangan dengan handsanitizer dan di wajibkan menggunakan masker. Acara ini dihadiri oleh beberapa komunitas yang hadir diantaranya Kampoeng Baca Pelangi, Teman Baca, Erkaem, GBI Rock Mataram, Karang Taruna Desa Santong, Akar Pohon, Diveable, Senyumpuan, Eduland, BIAP, dan KMHDI.
Perayaan hari perdamaian internasional ini pandu oleh Syarlaili Humairoh Selaku MC dengan pembacaan doa dan menyanyikan lagu wajib “Indonesia Raya” Secara bersama-sama baik online maupun offline dengan penuh hikmat. Pada sesi diskusi, Febrian Putra selaku moderator memandu acara yang di mulai dari sesi pertama untuk pemaparan materi “Genealogi Toleransi di Indonesia : Dari Ideologi, Literasi hingga Aksi” yang disampaikan oleh Ridwan Rustandi selaku Koordinator Duta Damai Regional Jawa Barat. Dalam materinya yang di bungkus sangat rapi beliau menyampaikan bahwa “Genealogi meliputi Gagasan islamisasi, Relasi Agama dan Negara, Doktrin Rahmatan Lil Alamin, Opini dan Aksi yang berorientasi Tasamuh dan Tawazun serta Moderasi Beragama” tuturnya. “Terdapat 3 poin penting dari konstruksi toleransi dalam umat beragama yaitu Keadilan, Kesetaraan, dan Perdamaian.”
Lebih lanjut, Ridwan menyampaikan, Keadilan dimana kita menyeimbangkan kepentingan kita dengan kepentingan orang lain, Kesetaraan yang tidak boleh mencederai satu sama lain dan muara dari keadilan dan kesetaraan ini adalah kita akan menciptakan apa yang disebut dengan perdamaian. Di akhir, Ridwan mengatakan “Mana kala tercipta kesadaran di antara kita bahwa kita adalah bangsa yang memiliki keberagaman dan keberagamaan, secara internal kita adalah umat yang beragama tetapi secara eksternal kita harus menyadari kita terdiri dari masyarakat majemuk. Mari Menjadi Muslim yang mengindonesia, Menjadi Kristen yang mengindonesia, menjadi Hindu yang mengindonesia. Jadi apapun kita harus tetap memperhatikan perbedaan diantara kita semua”.
Sesi kedua, materi disampaikan oleh Pendeta J. Gunawan Handojo selaku perwakilan dari GBI Mataram Rock Ministry. Beliau sangat antusias dalam mengikuti acara ini dengan membahas bagaimana pandangan toleransi yang terjadi di Indonesia khususnya yang terjadi di NTB. Menurut beliau, setelah terjadinya kerusuhan di NTB pada 17 januari 2000 kondisi tolernasi yang ada di bumi gora NTB ini menjadi lebih terbangun dan di perhatikan dengan baik. “kita harus bersama-sama saling menerima satu dengan yang lain, harus menjaga kesatuan di dalam keberagaman karena kita lahir di indonesia yang memiliki suatu dasar yang kuat yaitu Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan terdapat suatu hal-hal baik yang telah di letakkan oleh founding father kita untuk Indonesia” ucapnya. “Bagaimana sikap kita sangat penting untuk membangun keselarasan, membangun satu sama lain dengan spirit perdamaian, bisa saling menolong satu sama lain dan dimana kita berada merupakan hal yang sangat penting untuk kita berkontribusi untuk orang-orang di sekitar kita, pemerintah dan lain sebagainya” lanjutnya di akhir penyampaian pandangan beliau mengenai toleransi di NTB.
Sebagai perwakilan dari generasi milenial, Duat Damai NTB mengundang I Gusti Ayu Ira Apryanthi selaku bagian dari PC KMHDI Mataram. Dengan semangat generasi milenial, Ira Menyampaikan “Keberagaman dan kemajemukan Indonesia itu adalah anugerah dan kelebihan yang harus kita tunjukan kepada dunia luar” Indonesia merupakan negara yang multikultural dari sabang sampai marauke terdapat berbagai macam tradisi, ras, suku dan agama yang diakui untuk itu kita harus tunjukan pada dunia bahwa kita negara yang memiliki jiwa toleransi yang tinggi khususnya kaum milenial di NTB. “Solidaritas itu bisa diwujudkan dengan kebersamaan” ucap ira di akhir pembicaraannya. Diskusi peringatan hari perdamaian internasional ini di akhiri dengan sesi Tanya jawab oleh para peserta baik offline maupun online.
Sebagai penutup acara World Peace Day, Duta Damai NTB menghadirkan guest star lukis pasir yaitu Baiq Putri Amalia Ghaesani yang menampilkan kreativitasnya dalam hal lukis pasir secara langsung di lokasi acara dengan tema lukisan yang sesuai dengan tema acara kali ini “ Solidaritas untuk Indonesia Damai”. (CIP)